Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Cokbang Dari Bumi Nol Kilometer, Cokelat Khas Sabang Siap Guncang Pasar Global

Kamis, 06 November 2025 | 09.55 WIB Last Updated 2025-11-06T14:57:01Z
Melan Deta Diansyah, Kepala Produksi Cokbang.
SABANG – Siapa sangka, di balik keindahan bahari Pulau Weh, tersimpan harta karun agrikultur berupa biji kakao dengan cita rasa istimewa. Harta karun ini kini diolah menjadi produk unggulan bernama Cokbang – Sabang Chocolate, yang bukan sekadar oleh-oleh, tetapi juga representasi identitas khas Sabang.

Kisah ini adalah bukti nyata bagaimana potensi lokal dan sentuhan pemberdayaan mampu mengubah nasib sebuah komoditas. Dari dapur kecil rumahan dengan peralatan seadanya, Cokbang yang dikelola Koperasi Produsen Kakao Jaya Mandiri kini bertransformasi menjadi produsen cokelat inovatif dengan 17 varian produk unggulan.

Mesin Modern, Inovasi Melejit ​Perkembangan signifikan Cokbang tak lepas dari uluran tangan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh. Bantuan berupa mesin produksi modern menjadi titik balik penting. Peralatan canggih ini ibarat "turbo" yang mendorong kemampuan produksi Cokbang.

​“Sejak mendapat bantuan mesin dari Bank Indonesia, kami mampu berinovasi lebih luas. Dulu kami hanya memproduksi lima jenis, sekarang sudah berkembang jadi 17 produk,” ungkap Melan Deta Diansyah, Kepala Produksi Cokbang, yang terlihat tersenyum bangga di balik counter toko.

​Inovasi Cokbang tak hanya berhenti pada cokelat batang, tetapi merambah ke produk bubuk cokelat, choco nibs, hingga pemanfaatan limbah menjadi nilai tambah, yaitu Teh Cokelat dari kulit kakao. Konsep zero waste ini tidak hanya menambah variasi, tetapi juga menunjukkan komitmen pada keberlanjutan.

​Cita Rasa Khas Tanah Sabang ​Keistimewaan Cokbang terletak pada bahan bakunya. Biji kakao lokal Sabang yang ditanam oleh para petani binaan Koperasi memiliki ciri khas unik: kadar lemak yang rendah, hanya sekitar 1,6%. Karakteristik ini membuat cokelat Cokbang lebih tahan lama dan memiliki cita rasa yang khas, membedakannya dari produk lain.

​Melalui program pembinaan berkelanjutan, Cokbang memastikan para petani terlatih menghasilkan biji kakao premium. Ini menciptakan ekosistem ekonomi yang adil, di mana kualitas dari kebun langsung berdampak pada nilai jual produk akhir.

​Dengan penjualan rata-rata mencapai 1,7 ton produk olahan, dan pendapatan tahunan mencapai Rp300–360 juta, Cokbang membuktikan bahwa produk lokal dari ujung barat Indonesia memiliki daya saing yang kuat.

​Tantangan di Tengah Kepesatan ​Perjalanan Cokbang dimulai dari pelatihan sederhana Disperindag, berlanjut dengan dorongan dari Pemerintah Kota Sabang untuk menciptakan oleh-oleh khas baru. Namun, di tengah kepesatan ini, tantangan tetap membayangi.

​Masalah fisik dan pemasaran masih menjadi PR. ​Kapasitas Produksi. Dapur produksi Cokbang yang masih menempati aset Pemda perlu diperluas untuk menampung permintaan yang terus meningkat.

​Pemasaran Penjualan saat ini masih terbatas di pasar lokal Sabang. Tantangan utamanya adalah toko oleh-oleh lokal yang belum semuanya dilengkapi pendingin ruangan (AC), padahal cokelat rentan meleleh di atas 28°C.

​Melan berharap, sinergi antara BI, Pemda, dan swasta terus berlanjut. "Kami ingin Sabang dikenal luas sebagai daerah penghasil kakao berkualitas. Cokbang adalah wujud nyata dari cita rasa dan potensi lokal yang layak dibanggakan, Cokbang adalah buah tangan istimewa yang menjadi bukti bahwa produk lokal Sabang memiliki kualitas yang mampu bersaing di kancah global,” ujar Melan, penuh harap.

​Melalui inovasi dan sinergi, Cokbang bertekad menjadi ikon Sabang yang membawa nama baik daerah ke penjuru dunia, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

​"Dukungan Bank Indonesia dan sinergi berbagai pihak membuat kami semakin percaya diri. Cokbang bukan hanya tentang cokelat, tapi tentang menghadirkan harapan baru bagi petani di ujung negeri ini," tutur Melan.

​Kini, Cokbang disiapkan tidak hanya menjadi oleh-oleh khas, tetapi juga Ikon UMKM Aceh yang mampu menembus pasar global. Rencana pengembangan wisata edukasi cokelat pun tengah digarap, menambah daya tarik Sabang sekaligus mengedukasi pengunjung tentang perjalanan manis kakao dari kebun hingga ke lidah.

​Kisah Cokbang adalah bukti nyata bahwa dengan pendampingan yang tepat, UMKM di daerah terluar pun mampu berinovasi, meningkatkan nilai tambah, dan membawa nama baik Indonesia ke kancah dunia.

​Kisah Cokbang adalah inspirasi simbol kebangkitan industri kreatif daerah yang didukung penuh oleh program pemberdayaan UMKM. Cokbang kini bukan sekadar cokelat, melainkan identitas baru Kota Sabang yang siap menaklukkan pasar nasional, bahkan internasional. 







News

Kabar Aceh

×
Berita Terbaru Update