Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sabang Surga Bawah Laut dan Jejak Daun Ecoprint yang Mendunia

Kamis, 06 November 2025 | 10.27 WIB Last Updated 2025-11-06T15:58:33Z
SABANG — Pulau Weh, dengan keindahan titik nol kilometernya, tak hanya memanggil para penyelam dan penikmat pantai. Kini, Sabang menawarkan pengalaman wisata yang lebih dalam, yang menyentuh jiwa, berkat sehelai kain bermotif alami: Ecoprint Sabang.

​Di tengah pemandangan alam yang memesona, kisah kebangkitan ekonomi lokal ini lahir dari tangan-tangan terampil sekelompok perempuan, para pengrajin dari Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Sabang.

Dari Keterbatasan Menuju Karya Berkelas
​Awalnya, Ecoprint lahir dari kebutuhan. Pada tahun 2021, di tengah keterbatasan gerak akibat pandemi, Ketua IPEMI Sabang, Erna Vivilinda, dan timnya mencari cara untuk berkarya dari rumah.

​“Kami ingin membuat sesuatu yang ramah lingkungan. Ecoprint ini semua pewarnaan kami gunakan dari bahan alami, tanpa campuran bahan kimia,” jelas Erna. Rabu (5/11).

​Filosofi ini sangat selaras dengan jiwa Pulau Weh yang mengedepankan kelestarian alam. Teknik Ecoprint yang mengadopsi pewarnaan alami dari Australia mengharuskan setiap motif daun asli Sabang dicetak melalui proses panjang yang memakan waktu hingga empat hari.

​Setiap lembar kain melewati ritual pencucian, perendaman tawas (mordanting), penataan daun yang artistik, pengukusan selama dua jam, dan fiksasi warna selama tiga hari. 

​"Hasilnya selalu unik - tak ada dua motif yang sama,” kata Erna dengan bangga. Motif daun-daun eksotis Sabang terpatri abadi, mengubah kain menjadi kanvas cerita alam yang otentik.

​Ecoprint Ikon Baru Wisata Belanja Ramah Lingkungan
​Kini, Ecoprint Sabang bukan hanya kerajinan, melainkan sebuah ekosistem ekonomi kreatif. Dengan dukungan penuh dari Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh yang menyalurkan bantuan peralatan modern, produksi kelompok yang terdiri dari 15 pengrajin aktif ini meningkat signifikan.

​Tas, baju, syal, hingga gorden yang mereka produksi kini menghasilkan omzet tahunan lebih dari Rp100 juta, menjadikannya pilar nyata pemberdayaan ekonomi perempuan di Sabang. Komitmen lingkungan mereka semakin kuat, limbah daun sisa pewarnaan bahkan diolah menjadi pupuk alami.

​Bagi wisatawan mancanegara, khususnya dari Malaysia yang sudah banyak berkunjung ke Pulau Weh, Ecoprint adalah penemuan berharga. Mereka terpesona pada keaslian dan filosofi di balik motif daun yang dianggap sebagai bentuk seni yang elegan dan otentik.

​Promosi Wisata Bawa Pulang Sehelai Jiwa Sabang
​Kepada wisatawan dunia, Sabang menawarkan lebih dari sekadar keindahan bawah laut. Kunjungi Pulau Weh dan temukan pengalaman berbelanja yang berbeda.

​Dukungan Langsung untuk Perempuan Lokal. Dengan membeli produk Ecoprint (mulai dari Rp250 ribu hingga Rp500 ribu), Anda secara langsung mendukung kemandirian perempuan pengrajin dan ekonomi berbasis komunitas.

​Cinderamata Ramah Lingkungan. Produk Ecoprint adalah oleh-oleh berkelas internasional yang 100% alami, tanpa bahan kimia, mencerminkan komitmen Anda terhadap pariwisata berkelanjutan.

​Filosofi di Setiap Motif. Bawa pulang sehelai kain yang menyimpan jejak botani asli Pulau Weh. Ini bukan hanya produk, melainkan karya seni yang mengabadikan alam Sabang.

​Anda bisa menemukan galeri Ecoprint ini di lokasi-lokasi wisata strategis seperti Mata Ie Resort dan Taman Wisata Putro Ijo, atau melalui platform daring dan media sosial.

​“Harapan kami, Ecoprint bisa menjadi ikon baru oleh-oleh Sabang produk lokal yang ramah lingkungan dan berkelas internasional,” tutup Erna Vivilinda.

​Ecoprint Sabang adalah undangan. Datanglah ke Pulau Weh, nikmati lautnya yang jernih, dan bawa pulang warisan kreativitas yang memadukan kearifan lokal, ketekunan, dan kepedulian terhadap alam.(*)

News

Kabar Aceh

×
Berita Terbaru Update