Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

PRPI Unsyiah Gelar Seminar Nasional Perubahan Iklim

Rabu, 20 Mei 2020 | 06.31 WIB Last Updated 2020-05-19T23:31:49Z
Banda Aceh - Pusat Riset Perubahan Iklim  (PRPI) Unsyiah gelar Seminar Nasional Perubahan Iklim yang menghadirikan sejumlah pembicara dari kalangan akademisi, peneliti, NGO dan unsur pemerintahan yang terlibat langsung, membicarakan sejumlah persoalan terkait perkembangan terkini yang disebabkan oleh dampak perubahan iklim global, yang melanda sejumlah negara, termasuk Indonesia salah satu negara yang paling rentang terhadap dampak dari pada perubahan iklim yang terjadi, secara ekstrim yang melanda berbagai daerah, Selasa 19 Mei 2020.

Seminar nasional langsung dimoderatori oleh Ketua Pusat Riset Perubahan Iklim Unsyiah Suraiya Kamaruzzaman, S.T., MT dan dibuka oleh Wakil Rektor I Unsyiah Prof. Dr. Marwan. Ketua Panitia Dedi Fazriansyah Putra S.ST.Pi., M.Sc, menegaskan bahwa kegiatan Seminar Nasional Perubahan Iklim, ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Dunia pada tanggal 22 Mei 2020 yang dihadiri sejumlah kalangan. 

Prof Marwan dalam sambutannya menyampaikan, bahwa bencana banjir dan cuaca ekstrim yang melanda Indonesia akhir-akhir ini perlu untuk disikapi secara serius, sehingga masyarakat mendapatkan memahami terhadap perubahan iklim dan mengantisipasinya.  

Seminar Nasional tersebut juga menghadirkan sejumlah pameteri, Dr. Yopi Ilhamsyah yang merupakan Pakar Klimatolog Terapan dan Kepala Laboratorium Meteorology Unsyiah, menyampaikan secara gamblang tentang gambaran cuaca dan penyebab perubahan  iklim yang melanda Indonesia dan dunia pada umumnya. 

"Hujan ekstrim tidak terjadi dengan sendirinya, namun terjadi karena adanya perubahan kondisi alam, seperti deforestasi, alih fungsi lahan dan illegal logging sehingga berpengaruh terhadap kondensasi air di awan yang menyebabkan hujan masif akan turun di wilayah yang suhu dan tekanan yang tinggi.”ujarnya.

Intensita curah hujan ekstrim yang melanda sejumlah kawasan di Banda Aceh beberapa minggu lalu, sekitar 2.4 milyar galon air jatuh ke bumi, sehingga banyak daerah yang terdampak banjir dikarenakan ketidakmampuan bumi menyerap dan mengalirkan air ke laut melalui kanal saluran.

Sedangkan Dr. Dahlan, S.Hut., M.Si, Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah, "bencana banjir dapat ditanggulangi apabila tata ruang dan manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) antara hulu dan hilir dapat dikelola dengan baik. Lebih lanjut lagi Pakar Kehutanan dan Data Spasial Unsyiah ini, menjelaskan pentingnya para pihak (stakeholder) harus berperan aktif menjaga hutan sehingga ancaman banjir menjadi berkurang di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan apabila kondisi DAS dengan proporsi kawasan hutan yang kecil bahkan tidak ada, maka kegiatan agroforestry (kebun campuran) dan hutan rakyat harus digalakkan,"

Sementara itu, perwakilan dari unsur Pemerintah Daerah, M. Daud, S.Hut., M.Si, menjelaskan status terkini Konservasi Hutan Aceh dan spaya-upaya program-program Pemerintah Aceh dalam menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup. Kabid Perlindungan dan KSDA Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh ini juga mengharapkan tanggung jawab menjaga hutan dan  penanggulangan bencana alam banjir bukan hanya tugas pemerintah semata, akan tetapi harus melibatkan kerjasama seluruh komponen masyarakat, aktivis dan swasta sehingga tujuan kelestarian dan perlindungan hutan menjadi semakin efektif dan efisien. 

"Pemerintah telah memberikan beberapa metode untuk mengantisipasi perubahan iklim yaitu metode soft yang merupakan himbauan untuk menggalakkan penghijauan diberbagai wilayah untuk mengurangi efek emisi rumah kaca, dan metode hard yang menerapkan pajak karbon terhadap industri yang mengeluarkan emisi karbon. Namun metode kedua ini belum diterapkan secara maksimal atas casar berbagai pertimbangan," pungkasnya, (Red)

News

Kabar Aceh

×
Berita Terbaru Update