BANDUNG - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila Bambang Soesatyo menuturkan kesuksesan masa depan sebuah bangsa tidak hadir secara alamiah dan serta merta. Tetapi, harus dibangun dari sebuah visi, dan diperjuangkan melalui proses pembangunan, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Termasuk dalam merealisasikan visi pembangunan menuju tahun Indonesia Emas 2045.
Pencapaian visi Indonesia Emas mengisyaratkan hadirnya empat pilar utama dalam dimensi pembangunan. Yaitu pembangunan manusia serta penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola.
"Pembangunan manusia serta penguasaan IPTEK menentukan tegak dan tercapainya 3 pilar lainnya. Masa kejayaan dan keemasan yang diraih oleh suatu bangsa selalu ditandai dengan keunggulan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi akan menjadi faktor pendorong utama, menggantikan kekayaan sumber daya alam," ujar Bamsoet saat Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Musyawarah Besar (Mubes) Pengurus Pusat SAPMA (Satuan Pelajar dan Mahasiswa) Pemuda Pancasila di Bandung, Kamis (24/8/23).
Hadir antara lain Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto Soelistyo Soerjosoemarno, Ketua Umum Pengurus Pusat Satuan Siswa, Pelajar, dan Mahasiswa (PP SAPMA) Pemuda Pancasila Aulia Arif, Ketua MPW Pemuda Pancasila Jawa Barat Dian Rahadian, Ketua SAPMA Pemuda Pancasila Jawa Barat Wing Perwira serta ratusan kader SAPMA Pemuda Pancasila.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, pilar kedua yakni pembangunan ekonomi berkelanjutan meniscayakan tumbuh dan berkembangnya sektor ekonomi kreatif dan usaha berbasis kecerdasan artifisial. Ekonomi berbasis sumber daya alam seperti tambang, perkebunan, dan perikanan harus dikelola secara cerdas agar tidak membawa petaka dan tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
"Patut disyukuri bahwa saat ini, pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sekitar 5,76 persen. Artinya berada di atas pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, jasa-jasa dan industri pengolahan," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum FKPPI dan Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI serta Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan,
pilar ketiga yakni pemerataan pembangunan menjadi persoalan urgent dan krusial. Mengingat saat ini wilayah barat Indonesia menyumbang 80 persen pertumbuhan ekonomi, sedangkan wilayah timur hanya berkisar 20 persen.
Pemerintah telah mendorong pemerataan pembangunan dengan penguatan dan pemerataan infrastruktur di seluruh pelosok Indonesia. Khususnya, Indonesia Timur untuk menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi. Namun pembangunan tidak boleh dikerdilkan maknanya hanya sekedar tentang infrastruktur, dengan melupakan faktor manusia dan IPTEK. Tanpa adanya pemerataan pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK, masyarakat setempat tidak akan memperoleh dampak signifikan, bahkan justru dapat meningkatkan kesenjangan.
"Pilar keempat, pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola tentunya membutuhkan dukungan SDM yang menguasai pengetahuan dan teknologi. Mengingat ancaman ketahanan nasional tidak hanya ancaman fisik militer dan keamanan. Demikian pula dengan tata kelola pemerintahan yang bersih dan demokratis yang hanya dapat dijalankan oleh SDM yang profesional dan berintegritas," urai Bamsoet.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia dan Ketua Umum Keluarga Besar Olahraga Tarung Derajat ini menambahkan, saat ini bangsa Indonesia telah menapakkan kaki pada fase bonus demografi. Dimana komposisi demografi akan didominasi oleh penduduk berusia produktif. Merujuk pada proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, puncak bonus demografi diperkirakan tercapai pada periode tahun 2025 – 2030 dan masih akan terjadi pada saat bangsa Indonesia memasuki tahun Indonesia Emas 2045.
Pada tahun 2045, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta jiwa. Dari jumlah itu, diantaranya 52 persen berusia produktif, 75 persen hidup di perkotaan dan 80 persen masyarakat berpenghasilan menengah. Angka partisipasi kasar (gross enrollment ratio) perguruan tinggi SDM di Indonesia akan mencapai 60 persen. Hal ini menggambarkan bahwa fasilitas, kapasitas, aksesibilitas, serta keterlibatan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan semakin baik, khususnya pada jenjang perguruan tinggi. Angka angkatan kerja lulusan pendidikan SMA sederajat dan perguruan tinggi akan mencapai 90 persen. Tingkat pengangguran alamiah akan terjaga pada tingkat 3 hingga 4 persen.
"Namun kembali saya ingatkan, bahwa Indonesia Emas bukanlah kondisi yang ada dengan sendirinya. Mewujudkan Indonesia emas adalah ikhtiar bersama melalui tahapan-tahapan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Dalam kerangka ini, saya mengajak segenap Keluarga Besar SAPMA Pemuda Pancasila untuk ambil bagian dalam merealisasikan visi pembangunan menuju tahun Indonesia Emas 2045," pungkas Bamsoet. (*)