Banda Aceh - Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%. Keputusan ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara.
Ke depan, ketidakpastian ekonomi global diprakirakan masih akan tinggi seiring dengan makin mengemukanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global, termasuk sebagai akibat dari makin meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan, yang ditempuh oleh berbagai negara.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Achris Sarwani menyampaikan bahwa sejalan dengan BI7DRR yang masih tetap 3,50%, average of margin rates of financing bank umum secara nasional menunjukkan penurunan 46 basis points (bps) sejak Mei 2021 menjadi 8,18% di Mei 2022.
Pada periode yang sama, average of margin rates of financing bank umum di Aceh juga menunjukkan penurunan 20 basis points (bps) menjadi 11,03% di Mei 2022, di tengah membaiknya persepsi risiko perbankan.
“Peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan, termasuk melalui penurunan average of margin rates of financing, dapat dilanjutkan guna makin mendorong pemulihan ekonomi regional, khususnya di Aceh,” lanjut Achris.
Selanjutnya, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di Aceh yang tercermin dari indikator Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan, dan Non Performing Financing (NPF) tetap terjaga dan melanjutkan tren perbaikan pada Mei 2022.
Berdasarkan data menurut lokasi bank, simpanan masyarakat yang tercermin dari DPK per Mei 2022 sebesar Rp40,54 T. Selanjutnya, pembiayaan per Mei 2022 sebesar Rp32,31 T atau meningkat dibandingkan bulan April 2022 yang tercatat sebesar Rp32,13 T.
Dengan angka tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) di Aceh tercatat pada level 79,7% atau meningkat dari bulan sebelumnya yang berada di level 78,99%. Ini menandakan bahwa dari seluruh DPK atau simpanan yang dihimpun, sebesar 79,7% nya telah disalurkan Bank Umum sebagai pembiayaan kepada masyarakat.
Secara umum kualitas pembiayaan yang tercermin dari indikator NPF masih berada pada level yang terjaga pada bulan Mei 2022. Berdasarkan lokasi bank, NPF pada periode tersebut tercatat pada level 1,99% atau lebih baik dibandingkan posisi bulan April 2022 yang tercatat pada level 2,08%. Sedangkan berdasarkan lokasi proyek, NPF berada pada level 4,29%.
Selain tetap mempertahankan BI7DRR pada level 3,50%, dalam rangka mendorong perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada sektor prioritas dan inklusif, Bank Indonesia juga menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 24/3/PBI/2022 tentang Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM), dan PBI Nomor 24/5/PBI/2022 tentang Insentif bagi Bank yang Memberikan Penyediaan Dana untuk Kegiatan Ekonomi Tertentu dan Inklusif.
Pembiayaan pada sektor prioritas (38 sektor) di Aceh sampai dengan Mei 2022 terpantau mulai meningkat. Pembiayaan pada sektor prioritas per Mei 2022 sebesar Rp9,18 T atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp9,02 T.
“Adapun sektor prioritas yang mendapatkan pembiayaan tertinggi adalah sektor perdagangan, perkebunan, jasa perantara keuangan, perikanan, dan konstruksi,” jelas Achris.
Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan UMKM menunjukkan peningkatan pada Mei 2022 secara month to month. Penyaluran pembiayaan kepada UMKM per Mei 2022 sebesar Rp8,82 T atau lebih tinggi dibandingkan April 2022 yang tercatat Rp8,81 T. Adapun rasio pembiayaan UMKM terhadap total pembiayaan masih stabil di level 27,3% atau belum banyak perubahan dari periode sebelumnya yang tercatat di level 27,4%.