Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Peran Generasi Muda dalam Mendukung Industri Pariwisata Berwawasan Kebudayaan

Minggu, 17 November 2019 | 21.16 WIB Last Updated 2019-11-17T14:16:23Z

Oleh FIRAUZA HELDIN (KETUA UMUM IPAMAS MEUKEK PERIODE 2017-2019 dan KETUA 1 HAMAS PERIODE 2019-2021).

Peran generasi muda dalam industri pariwisata berwawasan kebudayaan adalah saat di mana para pemuda, khususnya mahasiswa mengembangkan sektor pariwisata yang didasarkan oleh wawasan budaya.

Generasi muda adalah ujung tombak. Dalam era pembangunan saat ini, peran dan dukungan pemuda sangat diharapkan dalam mengisi pembangunan. Oleh karena itu, keterlibatan mereka menjadi sangat penting bila diharapkan akan diwujudkan pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.

Hal tersebut menjadi lebih relevan ketika dikaitkan dengan berbagai upaya untuk percepatan aktivitas kepariwisataan dalam rangka mendukung proses pembangunan pariwisata di berbagai wilayah di Aceh, khususnya Aceh Selatan.

Pendapat mengenai peran kepariwisataan dalam pembangunan dan terlebih lagi untuk daerah sedang berkembang sudah sering kali diungkapkan di dalam berbagai literatur. Secara garis besar, keuntungan-keuntungan dimaksud dapat diuraikan dalam beberapa aspek.

Pertama, adanya berbagai keuntungan yang dapat diraih, antara lain: terbukanya lapangan pekerjaan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata, meningkatkan nilai/citra suatu wilayah geografis, termasuk yang miskin akan sumber daya ekonomi, dan mendorong revitalisasi suatu wilayah geografis yang telah kehilangan dayatariknya, misalnya kota tua atau wilayah bekas pertambangan.

Kedua, bagi negara sedang berkembang, industri pariwisata dapat dikatakan merupakan media pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar dalam jangka panjang sebelum dapat memberikan keuntungan.

Daya tarik wisata yang merupakan salah satu modal utama untuk pengembangan kepariwisataan, sudah tersedia. Jika dibandingkan dengan misalnya pengembangan industri otomotif, dibutuhkan modal yang sangat besar dan waktu yang cukup lama sebelum keuntungan dapat diperoleh.

Ketiga, dalam melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana pendukung. Sektor pariwisata dapat mengurangi ketergantungan impor karena sebagian besar barang modal dan barang habis pakai dapat disediakan oleh destinasi pariwisata, seperti kerajinan tangan, makanan dan minuman, dan daya tarik wisata.

Keempat, sekedar untuk memperkuat nilai positif kepariwisataan, perjalanan jarak jauh pada umumnya dilakukan olehwisatawan dari negara-negara kaya menuju destinasi pariwisata di negara sedang berkembang. Dengan demikian, terdapat peluang yang lebih besarbagi Indonesia untuk menarik lebih banyak segmen pasar tersebut.

Kelima, berkaitan langsung dengan upaya pengentasan kemiskinan, sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung perwujudannya. Industri pariwisata dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena karakteristiknya yang khas sebagai berikut:

Konsumennya datang ke tempat tujuan sehingga membuka peluang bagi penduduk lokal untuk memasarkan berbagai komoditi dan pelayanan. Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang dapat menyentuh kawasan-kawasan marginal.

Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil dan menengah yang terjangkau oleh kaum miskin; dan tidak hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal budaya (cultural capital) dan modal alam (cultural capital) dan modal alam (natural capital) yang seringkali merupakan aset yang dimiliki oleh kaum miskin.

Oleh karena itu, ketika kepariwisataan akan dikembangkan, maka yang harus dipahami adalah bahwa pengembangan tersebut ditujukan untuk “membantu” wisatawan mewujudkan motivasi-motivasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Entah itu dalam bentuk pelayanan jasa maupun pertunjukan kebudayaan.

Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan tidak didasarkan kepada paradigma bahwa wisatawan adalah “mangsa” yang akan untuk dikuras isi kantongnya. Paradigma semacam ini akan menyebabkan suatu destinasi pariwisata kehilangan pelanggan setia, karena wisatawan merasa dieksploitasi.

Di sinilah peran pemuda dan mahasiswa untuk meluruskan kembali, membangun dan menjaga pariwisata agar tetap tumbuh berkesinambungan. Sebagai pemuda bangsa, kita juga bisa membuat karya yang memiliki nilai seperti yang diuraikan tadi untuk mendukung roda pariwisata yang berwawasan berkebudayaan.

News

Kabar Aceh

×
Berita Terbaru Update