Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Peringatan dan Refleksi 18 Tahun Tsunami Aceh, ANRI Gelar Seminar Internasional Menuju Pusat Arsip Pandemi dan Kebencanaan

Rabu, 14 Desember 2022 | 19.25 WIB Last Updated 2022-12-14T12:35:00Z
Banda Aceh - Dalam rangka memperingati dan merefleksi 18 tahun tsunami Samudera Hindia, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Universitas Syiah Kuala menyelenggarakan Seminar Internasional “Menuju Pusat Arsip Pandemi dan Kebencanaan: Pelajaran dari Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pengetahuan dan Warisan Dokumenter”. Selasa (13/12).

Seminar tersebut dilaksanakan secara daring melalui aplikasi zoom cloud meeting dan secara luring di Gedung AAC Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Abdullah Azwar Annas hadir secara langsung di Gedung AAC Universitas Syiah Kuala Banda Aceh membuka acara seminar internasional tersebut. 

Menurut Menteri Azwar, arsip tsunami Samudera Hindia pada 2004 yang telah diakui UNESCO sebagai memori dunia, memberikan arti yang sangat penting bagi Indonesia. 

Menurutnya, pengakuan dunia tersebut menjadi pengakuan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam pengelolaan arsip yang bernilai guna kepentingan dunia. 

Harapannya, kontribusi kearsipan ini dapat
dipelajari oleh bangsa Indonesia dari generasi ke generasi. “Selain itu, pengakuan arsip sebagai Memory of the World dari UNESCO juga merupakan bentuk soft diplomacy yang dapat meningkatkan hubungan luar negeri Indonesia, khususnya dalam bidang kebudayaan cultural diplomacy,” terang Menteri Azwar.

Seminar Internasional “Menuju Pusat Arsip Pandemi dan Kebencanaan: Pelajaran dari
Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pengetahuan dan Warisan Dokumenter” juga menjadi ajang dalam menyosialisasikan keberhasilan penominasian arsip Tsunami Samudera Hindia sebagai Memory of the World (MoW).

“Pada 2023, Indonesia akan mengemban
amanah dalam tugas keketuaan ASEAN. Seminar internasional ini juga dimaksudkan
dalam rangka menyongsong keketuaan Indonesia di ASEAN yang akan berlangsung pada 1 Januari hingga 31 Desember 2023,” jelas Kepala ANRI, Imam Gunarto.

Pada kesempatan yang sama, Pj. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki yang dalam hal ini
diwakili Staf Ahli Bidang Keistimewaan Aceh, Sumber Daya Manusia dan Hubungan Kerja Sama, Iskandar Syukri menyampaikan bahwa arsip tsunami merupakan khazanah yang penting untuk dirawat dan dilestarikan karena memiliki informasi berharga yang merekam peristiwa rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami yang dapat menjadi sumber pengetahuan juga meningkatkan kesiapsiagaan. 

Ditambahkan olehnya, arsip tsunami yang telah diakui sebagai memori dunia oleh UNESCO kini dilestarikan Balai Arsip Statis Tsunami dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Aceh.

Rektor Universitas Syiah Kuala, Marwan dalam sambutannya mengatakan bahwa mentransfer pengetahuan tentang bencana kepada generasi berikutnya dan generasi mendatang adalah hal yang penting. Hal ini memperkuat alasan untuk mengembangkan kapasitas manajemen pengetahuan dalam pengurangan risiko bencana.

Oleh karena itu, sangat penting untuk bekerja sama dengan ANRI agar dapat menghubungkan sejarah dan kenangan masa lalu kita dengan generasi berikutnya dan masa depan.

Pentingnya acara ini juga disampaikan oleh Ketua SARBICA, Julia Chee. Julia Chee
mengatakan bahwa seminar tahunan ini penting karena berfungsi sebagai pengingat peran arsip dalam mendokumentasikan peristiwa penting, seperti tsunami Samudera Hindia dan COVID-19. 

Acara ini juga mencerminkan peran arsip dalam bermitra dengan masyarakat untuk mengisi kesenjangan dalam koleksi yang ada yang memberikan gambaran akurat tentang sejarah terkini.

Dengan diakuinya arsip tsunami sebagai MoW oleh UNESCO, informasi penanggulangan bencana tsunami yang terekam dalam arsip juga diharapkan dapat diakses dengan mudah oleh publik, sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran dan referensi dalam
pengambilan keputusan serta kebijakan mitigasi dan penanggulangan bencana.

Arsip tsunami Samudera Hindia telah diakui UNESCO sebagai MoW pada 30 Oktober
2017. Arsip tersebut merekam peristiwa bencana tsunami, proses mitigasi, serta proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. 

Arsip tsunami Samudera Hindia yang diakui
UNESCO terdiri dari arsip tekstual sepanjang 9,3 km linier, arsip foto sebanyak 500 lembar, arsip rekaman suara sebanyak 196 kaset, arsip video magnetik sebanyak 13 kaset, serta arsip elektronik dalam bentuk CD/DVD sebanyak 1.230 keping. 

Saat itu, penominasian arsip tsunami Samudera Hindia dilakukan melalui nominasi bersama (joint nomination) antara Indonesia dan Sri Lanka.

Sebagai informasi, Seminar Internasional “Menuju Pusat Arsip Pandemi dan
Kebencanaan: Pelajaran dari Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pengetahuan dan Warisan Dokumenter” terbagi menjadi dua sesi diskusi panel. 

Diskusi panel sesi kesatu menghadirkan Victorino M. Manalo yang membahas APARA Initiative, Sanira Karim Gani yang membahas Methods in Efforts to Provide Protection and Security of Archives, Both in Preventive and Curative Actions, dan Norsuriaty Awang Hassim yang menyampaikan tentang Experience on Disaster Affected Archives Management in One of Institutions. 

Adapun pada panel sesi kedua menghadirkan Yoshimi Nishi dengan pembahasan Archival Preservation, Alfi Rahman yang membahas Promoting Digital Archives for Sustainable Disaster Awareness in South East Asian Region, serta Yudo Giri Sucahyo yang membahas tentang Disaster Archives in the Midst of Digital Transformation Era. 

Selain itu, pada rangkaian acara seminar internasional ini, dilaksanakan pula Pameran Arsip Tsunami dan ASEAN: Menyongsong Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023; penandatanganan Executive Program antara oleh Kepala ANRI, Imam Gunarto dan Direktur the National Archives of Singapore, Julia Chee dan penandatanganan Nota Kesepahaman antara oleh Kepala ANRI dengan Rektor Universitas Islam Negeri ArRaniry, Mujiburrahman.***


News

Kabar Aceh

×
Berita Terbaru Update